Niagahoster discount up to 70%

Monday, May 20, 2013

Belanja di Jepang Bag. 1


"Biaya hidup di Jepang, 'kan, mahal."

JEI sering banget dengar komentar begitu.
Jepang memang terkenal dengan biaya hidupnya yang tinggi. Negeri Matahari Terbit ini menduduki posisi ke-6 di jajaran negara berbiaya hidup tertinggi dunia, tapi masih di bawah Australia yang berada di posisi ke-3. Sedangkan Tokyo berada di urutan ke-4 dalam kota-kota dengan biaya hidup tertinggi dunia.

Tapi............... Fakta ini jangan sampai mengubur mimpi kamu untuk belajar dan kerja di Jepang, lho! Kalau keuanganmu diatur dengan cermat, nggak akan jadi masalah, kok!

Cara berhemat paling signifikan adalah dengan menghemat pengeluaran untuk akomodasi. Karena selain biaya transportasi, yachin untuk apato adalah pengeluaran paling besar saat tinggal di Jepang. Langkah yang bisa kamu ambil itu misalnya dengan tinggal di asrama atau berbagi kamar dengan orang lain.
Biasanya, orang akan bilang langkah berikut setelah itu adalah menghemat biaya LAGI (listrik, air, gas, internet), tapi di apato-apato kami 'kan biaya LAGI sudah termasuk dalam yachin!! Yaaaaay!! Enak, 'kan???

Hmm, kalau begitu, kita ngobrol soal belanja sehari-hari saja, yuk!

Buat kamu pelajar sekolah bahasa, memegang uang 5000 yen untuk seminggu rasanya cukup dan nggak berlebihan. Jangan khawatir, uang segitu cukup banget lho untuk belanja seminggu, plus sarapan tiap pagi dan jajan. Nah, kalau kamu bisa tahan diri untuk jajan, uang mingguan itu malah cukup buat sekali-sekali makan di restoran mur-mer dekat kampus, apato, atau tempat baito!
Sekarang, tinggal mengakali gimana caranya supaya uang 5000 yen dalam seminggu itu cukup buat kebutuhan kamu sehari-hari!

Di Indonesia, ibu-ibu biasanya belanja barang belanjaan sehari-hari di hipermarket seperti Carrefour, HyperMart, Giant, dll. Dari makanan, jajanan, sampai macam-macam cairan pembersih. Juga alat-alat kebersihan rumah, kosmetika ringan, dan banyak lagi.
Bahan makanan segar dibeli di pasar tradisional atau tukang sayur; buah-buahan, sayur-mayur, daging, dll.
Sementara untuk belanja item fashion seperti baju, sepatu, tas, dsb. kita sering pergi ke mall, ITC, atau malah belanja via toko online.
Selisih harga antara hipermarket atau supermarket atau minimarket yang satu dengan yang lain biasanya nggak sampai 5000 rupiah, kecuali item-item yang sedang diskon.

Kalau di Jepang, selisih harga memang cuma beberapa ratus yen, tapi itu lumayan banget kalau memang bisa dihemat! Cuma kamu kudu keluar tenaga dan waktu ekstra karena harus belanja di beberapa tempat berbeda. Nggak apa-apa lah, sekalian jalan-jalan. Hehehe......

Untuk belanja bahan makanan segar, supermarket mana saja bisa dijadikan pilihan. Daging sapi (yang lagi diskon, tentunya), daging ayam dan ikan, buah-buahan, sayur-mayur, aneka bumbu, susu, telur, nori...... Banyak lagi deh! Beli camilan juga lebih murah di supermarket daripada minimarket; cokelat, biskuit, permen, dst.
Opsi lain buat belanja buah-buahan dan sayur-mayur segar adalah pergi ke yaoyasan yang biasanya ada di antara pemukiman. Berbagai jenis tahu, minyak goreng, dan jamur yang lagi musim juga ada.
Beras akan lebih murah kalau kamu beli di toko grosir (kira-kira kayak almarhum Makro di Jakarta). Selain beras, kamu bisa sekalian belanja makanan olahan beku, shoyu, mayones, tepung roti, dll. Tentunya, semua dalam kemasan besar, jadi kalau kamu nggak terlalu bisa atau nggak sempat masak, mendingan jangan belanja terlalu banyak di sini.
Takut kangen masakan rumah? Cari saja Chinatown atau Thai mise (toko ala Thailand) terdekat. Kamu bakal seru sendiri deh, melihat di sana ada Indomie, bawang merah, kecap manis, tempe, santan, bahkan durian!

Oke, itu soal makanan.
Tips untuk belanjaan lain, disambung di Bagian 2 yah!

Belanja di Jepang Bagian 3
Belanja di Jepang Bagian 4

Untuk informasi mengenai program "Study in Japan", hubungi:

JELLYFISH EDUCATION INDONESIA (JEI)

Konsultan Belajar di Jepang

Gedung The Jakarta Post Lt. Dasar
Jl. Palmerah Barat 142-143 Jakarta 10270
Telp. (021) 5365-4610 / 11 (Senin-Jumat, 09.00-18.00)
Email: jellyfish.ina@gmail.com

Like Our Facebook Page: Jellyfish Indonesia
Follow Our Twitter: Jellyfish_INA
Google+ Page: Jellyfish Indonesia
Plurk: Jellyfish Indonesia
YouTube Channel: Jellyfish Edu-Ind
Pinterest Boards: Jellyfish Indonesia
Skype: Jellyfish-Indonesia
YM: Jellyfish.Indonesia

Thursday, May 16, 2013

Kunjungan ke Sekolah


Yuk, yuk, mari diceritaken, abis ngapain saja hari ini...


Hari ini JEI main ke beberapa sekolah di Jakarta Barat, tepatnya di daerah Kebun Jeruk. SMU 65, Tunas Muda International School, SMUK Sang Timur, SMU 78, Universitas BiNus, dan beberapa sekolah lainnya.


Tujuan kami datang itu untuk mensosialisasikan tentang JELLYFISH EDUCATION INDONESIA (JEI) sebagai konsultan pendidikan untuk yang mau lanjutin studi ke Jepang dan tentang Jepang sendiri.

Maunya sih JEI bisa presentasi langsung ke teman-teman di sana dan bikin sesi tanya-jawab singkat. Tapi, karena timing-nya nggak pas (baca: anak kelas XII sudah libur dan anak kelas X-XI mau UAS), JEI cuma boleh ninggalin flyer di beberapa sekolah.
Huh, coba bisa presentasi dan ketemu teman-teman langsung, pasti bakalan seru deh!

Besok JEI mau jalan-jalan lagi, berikutnya ke daerah Tanjung Duren dan sekitarnya.

Hmm... Enaknya ke sekolah atau kampus mana yaaaaa?

JEI juga mau survei calon kantor nih!

Biar teman-teman jadi punya spot untuk nongkrong ngobrolin tentang sekolah di Jepang.
Hehehehe.......

Teman-teman yang ingin informasi lebih tentang kami dan asistensi yang kami sediakan, buru-buru hunting flyer-nya dan hubungi kami ya.....


Untuk informasi mengenai program "Study in Japan", hubungi:

JELLYFISH EDUCATION INDONESIA (JEI)

Konsultan Belajar di Jepang

Gedung The Jakarta Post Lt. Dasar
Jl. Palmerah Barat 142-143 Jakarta 10270
Telp. (021) 5365-4610 / 11 (Senin-Jumat, 09.00-18.00)
Email: jellyfish.ina@gmail.com

Like Our Facebook Page: Jellyfish Indonesia
Follow Our Twitter: Jellyfish_INA
Google+ Page: Jellyfish Indonesia
Plurk: Jellyfish Indonesia
YouTube Channel: Jellyfish Edu-Ind
Pinterest Boards: Jellyfish Indonesia
Skype: Jellyfish-Indonesia
YM: Jellyfish.Indonesia

Tuesday, May 14, 2013

AOKIGAHARA, Lautan Pohon Tempat Orang Bunuh Diri


Aokigahara adalah hutan tenang seluas 35 km2 yang juga disebut dengan nama Jukai (berarti: Lautan Pohon). Terletak di barat laut kaki Gunung Fuji, Aokigahara dikenal sebagai lokasi nomor 1 di Jepang untuk melakukan bunuh diri dan nomor dua di seluruh dunia setelah Jembatan Golden Bridge di San Fransisco, AS.

Dulu, tindakan bunuh diri di Jepang hanya dilakukan oleh para samurai lewat seppuku atau harakiri yang bertujuan untuk menjaga nama baik mereka. Tidak seperti sekarang, di mana orang bisa melakukan bunuh diri hanya karena dirinya tak bisa terintegrasi ke dalam masyarakat dengan baik.

Sebagian menyebutkan kalau 'tren' bunuh diri di Aokigahara muncul dalam novel "Nami no To" (1960) atau "Tower of Waves" karya Seicho Matsumoto, di mana kedua tokoh utamanya tewas bunuh diri di Aokigahara.
Padahal, sampai di abad ke-19, hutan ini sudah lama jadi lokasi ubasute, di mana seseorang akan membuang orang yang telah renta (umumnya orangtuanya sendiri) di dalam hutan dan membiarkannya mati kelaparan dan kedinginan. Praktik ini dilakukan akibat kemiskinan parah yang membuat mereka harus 'membuang' seseorang untuk mengurangi jumlah orang yang harus diberi makan.
Terbitnya buku kontroversial "The Complete Manual of Suicide" karangan Wataru Tsurumi pada tahun 1993 dan menyatakan Aokigahara sebagai tempat yang sempurna untuk bunuh diri memperparah keadaan di hutan yang ingin didaftarkan pemerintah Jepang sebagai situs UNESCO World Heritage ini.

Hutan ini sejak awal memang punya kaitan sejarah yang erat dengan bangsa iblis dalam mitologi Jepang. Dan saking rapat pepohonan yang tumbuh di sana, bahkan angin pun tak bisa berhembus dan nyaris tak ada hewan hidup di dalamnya.
Tambah lagi, akibat dari tingginya kandungan besi dalam tanahnya, kompas dan peralatan navigasi yang bukan kualitas militer tidak bisa berfungsi sehingga orang yang datang sekadar untuk hiking pun bisa tersesat.
Tak heran, lautan pohon yang sebenarnya sangat indah ini jadi terkesan angker. Belum lagi gosip dan legenda tentang hantu orang-orang yang mati di dalamnya dan kini bergentayangan. Makanya, tempat ini juga kerap dijadikan tempat untuk uji nyali...

Biasanya, bunuh diri di Aokigahara dilakukan dengan cara menggantung diri atau meminum obat tidur dalam jumlah besar. Setiap tahunnya, sekitar 100 jenazah ditemuikan di antara pepohonan Aokigahara. Padahal, para aparat lokal telah berusaha untuk mencegahnya.
Salah satu cara pencegahan yang mereka lakukan adalah dengan memasang papan peringatan dalam bahasa Jepang dan Inggris. Pada papan itu tertulis agar mereka yang datang berniat bunuh diri untuk mengurungkan niatnya dan mencari pertolongan.

Saat ini, patroli dilakukan secara rutin oleh pihak kepolisian, sukarelawan, dan ilmuwan. Tak hanya mencari jenazah dan membawanya ke pos patroli untuk diupacarakan dengan benar, mereka juga bertugas untuk mengajak bicara pengunjung yang kelihatannya punya niat untuk melakukan bunuh diri.
Konon, penduduk lokal bisa membedakan mana pengunjung yang datang ke Aokigahara untuk bunuh diri dan mana yang tidak.

Kalau diajak hiking ke Aokigahara, teman-teman berani, nggak???
Kalau JEI, sih, tegas akan bilang................ NGGAK MAU!!! XDDD


Untuk informasi mengenai program "Study in Japan", hubungi:

JELLYFISH EDUCATION INDONESIA (JEI)

Konsultan Belajar di Jepang

Gedung The Jakarta Post Lt. Dasar
Jl. Palmerah Barat 142-143 Jakarta 10270
Telp. (021) 5365-4610 / 11 (Senin-Jumat, 09.00-18.00)
Email: jellyfish.ina@gmail.com

Like Our Facebook Page: Jellyfish Indonesia
Follow Our Twitter: Jellyfish_INA
Google+ Page: Jellyfish Indonesia
Plurk: Jellyfish Indonesia
YouTube Channel: Jellyfish Edu-Ind
Pinterest Boards: Jellyfish Indonesia
Skype: Jellyfish-Indonesia
YM: Jellyfish.Indonesia



Salah satu papan peringatan di Aokigahara
"Hidupmu adalah hadiah terpenting dari orangtua. Pikirkan kembali
tentang mereka, kakak-adikmu, atau anak-anakmu. Bicaralah pada seseorang"

Monday, May 13, 2013

Apato di Jepang Bag 3: Menata Apato Mungil

 

"6 jo? Sempit banget..."

Tenang, dong! Asal tahu cara menata dan mengakalinya, apato sempit pun bisa tetap terasa 'home sweet home'. Lumayan seru, lho, mencari cara supaya tempat yang kecil bisa nyaman. Apalagi kalau nanti pakai 'aksi pemulung' segala! Ha ha ha ha ha....

Prinsip utamanya adalah pemilihan furnitur yang tepat dan memanfaatkan setiap inci, segala sisi, serta semua sudut. Makanya, jangan sampai kamu punya terlalu banyak barang karena nanti nggak muat!


Dan biasanya untuk mendandani apato nggak hanya makan waktu beberapa jam atau hari. Bahkan ada yang butuh waktu berbulan-bulan sampai si apato tampak sesuai keinginan penghuninya. Kenapa sampai begitu? Karena furnitur yang tepat nggak selalu bisa ditemukan semudah atau secepat yang kita mau. Entah warnanya nggak masuk, ukurannya nggak pas, atau harganya nggak cocok. Pokoknya kudu ekstra sabar untuk bisa menata apato jadi 100% seperti yang kita mau.
Langkah pertama adalah mengenali seluk-beluk apato barumu. Setiap lekukan, semua sudut, rak pada dinding, oshi-ire, gerakan pintu, jendela, pelajari semuanya, jadi kamu sudah bisa memperkirakan alat rumah tangga apa yang akan kamu butuhkan.

Nah, untuk furniturnya, tentukan dulu satu atau dua item terbesar akan diletakkan di mana dan dalam posisi bagaimana. Misalnya, kulkas dua pintu ukuran sedang dan meja makan kecil.

Usahakan semua furnitur milikmu bisa berfungsi ganda. Kolong ranjang bisa dijadikan tempat menyimpan kotak-kotak besar berisi jaket musim dingin, selimut ekstra, dan lain-lain. Rak buku tak hanya untuk menyimpan buku-buku sekolah, tapi juga untuk meletakkan TV dan menyimpan tas.

Setelah itu, pilih yang ukurannya kecil untuk furnitur atau peralatan lainnya. Meja pendek untuk makan dan belajar, panci dan wajan kecil, dan seterusnya.
Sisanya tergantung dari kreatifitasmu. Kalau kamu suka mendandani apato sedemikian rupa, kunjungi berbagai 100¥ shop (baca: hyaku-en shop; hyaku: seratus, en: yen; toko yang 90% itemnya dihargai 105 yen) yang banyak tersebar di seluruh kota di Jepang, tempat kamu bisa temukan berbagai pernak-pernik untuk mendekorasi apato dengan harga cukup terjangkau, dari yang praktis sampai yang super lucu! Bahkan jajanan lucu pun ada. Tapi, hati-hati kalap, ya...

Jangan terpaku pada space di lantai yang nggak luas. Dinding apato biasanya tidak terbuat dari tembok bata, jadi kamu bisa bereksperimen dengan merambah ke dinding!

Contohnya, tanamkan pengait-pengait kecil di dinding dapur untuk menggantung peralatan masak. Terus, daripada beli lemari pakaian, maksimalkan pemakaian oshi-ire dengan menggunakan kotak-kotak berukuran sedang yang mudah ditata untuk menyimpan baju dalam dan kaus kaki, serta menginstal tiang portabel dalam oshi-ire untuk menggantung kemeja dan jas.

Mau lebih terkesan artistik atau cantik? 'Kan, banyak majalah online tentang menata apato mungil yang gayanya bisa kamu contek!

Pokoknya, ada sejuta cara untuk mengakali space yang kecil itu. Kuncinya cuma satu, SABAR!


Apato di Jepang Bagian 1
Apato di Jepang Bagian 2

Untuk informasi mengenai program "Study in Japan", hubungi:

JELLYFISH EDUCATION INDONESIA (JEI)

Konsultan Belajar di Jepang

Gedung The Jakarta Post Lt. Dasar
Jl. Palmerah Barat 142-143 Jakarta 10270
Telp. (021) 5365-4610 / 11 (Senin-Jumat, 09.00-18.00)
Email: jellyfish.ina@gmail.com

Like Our Facebook Page: Jellyfish Indonesia
Follow Our Twitter: Jellyfish_INA
Google+ Page: Jellyfish Indonesia
Plurk: Jellyfish Indonesia
YouTube Channel: Jellyfish Edu-Ind
Pinterest Boards: Jellyfish Indonesia
Skype: Jellyfish-Indonesia
YM: Jellyfish.Indonesia



Kalau ditata dengan oke, nggak terlalu kelihatan sempit, 'kan?
Contoh kotak-kotak kecil tempat kamu bisa menyimpan benda-benda kecil,
seperti alat tulis, kabel-kabel gadget, kosmetik, dll
Kotak berukuran sedang bisa untuk baju dalam, kaus kaki, dsb
Kotak besar di kolong ranjang untuk menyimpan selimut ekstra, seprai,
jaket musim dingin, setrika, dll
Salah satu cara untuk mengakali dapur: gantung panci-panci kecilmu
juga peralatan masak lainnya! ^^
Rak kecil untuk bumbu masak juga bisa 'manjat' di dinding
Berbagai peralatan rumah tangga yang bisa kamu temukan di 100¥ shop


Kunjungan ke Machiko Manga School





Hari Sabtu tanggal 11 Mei 2013, representatif JEI, Kak Efron, habis main ke Machiko Manga School, tempat belajar menggambar manga paling terkenal di Jakarta yang berlokasi di daerah Kemang.

Bukan cuma sekadar main, sih, tapi Kak Efron ngasih presentasi memperkenalkan JELLYFISH  EDUCATION INDONESIA alias JEI ke teman-teman yang lagi belajar di sana.

Sekalian pamer kalau Kak Efron dulu pernah terjun di dunia kerja anime di Jepang. Cieeeeeeehh.......

Kalau teman-teman ada yang mau sekolah atau kampusnya disambangi JEI untuk presentasi singkat atau cuma sekadar ingin tanya-jawab, nggak usah malu-malu rikues ya. Kak Efron malah senang, bisa jalan-jalan! Hi hi hi hi hi hi..........

Untuk informasi mengenai program "Study in Japan", hubungi:

JELLYFISH EDUCATION INDONESIA (JEI)

Konsultan Belajar di Jepang

Gedung The Jakarta Post Lt. Dasar
Jl. Palmerah Barat 142-143 Jakarta 10270
Telp. (021) 5365-4610 / 11 (Senin-Jumat, 09.00-18.00)
Email: jellyfish.ina@gmail.com

Like Our Facebook Page: Jellyfish Indonesia
Follow Our Twitter: Jellyfish_INA
Google+ Page: Jellyfish Indonesia
Plurk: Jellyfish Indonesia
YouTube Channel: Jellyfish Edu-Ind
Pinterest Boards: Jellyfish Indonesia
Skype: Jellyfish-Indonesia
YM: Jellyfish.Indonesia

Friday, May 10, 2013

Toilet: Washiki dan Youshiki

















Teman2 JEI, ngomongin sesuatu yang rada jorok, yuk!
Hus, jorok di sini maksudnya bukan yang porno, ya! Karena yang mau dibahas itu soal.................................... TOILET!

Ini dia hal kecil yang sering lupa dipikirkan sampai kita harus keluar negeri dan ketemu situasi yang sama sekali berbeda dengan di rumah atau di Indonesia.
Ada yang menanggapinya dengan tertawa, ada yang langsung stres, ada yang berusaha mengakali dengan seribu satu cara, ada yang bisa beradaptasi dengan santai, ada yang tadinya tak masalah sampai satu waktu lagi diare dan akhirnya stres juga....... Pokoknya, reaksinya macam-macam, deh!

Makanya, JEI mau cerita soal toilet di Jepang supaya saat teman2 sampai di sana, sudah nggak terlalu kaget (tetap bakal shock, sih) dan sudah tahu cara mengatasinya sejak jauh-jauh hari.
Oke, info pertama tentang toilet di Jepang adalah ada dua jenis yang lazim, washiki-toire dan youshiki-toire (wa: Jepang, you: barat, -shiki: ala, toire: toilet).


Washiki sudah langka dari rumah-rumah modern Jepang, apalagi di Tokyo. Kalau segitu penasarannya, toilet  model ini masih bisa ditemui di rumah-rumah tua yang masih tradisional atau WC umum di stasiun kereta, terminal bus, dan pit stop. Ada beberapa gedung sekolah dan kampus universitas juga masih memakai washiki. Waktu ditanyai alasan mereka masih memakai washiki, mayoritas jawabannya adalah karena lebih mudah dibersihkan dan lebih hemat air.
Banyak orang asing kesulitan memakai washiki ini, terutama kita yang berasal dari Indonesia. Satu, karena posisi saat memakainya yang berbeda dari toilet jongkok di Indonesia. Dan dua, karena di Jepang itu semua toiletnya kering alias nggak menyediakan air untuk sesudah BAA atau BAB! Tambah lagi, beberapa apato mendesain layout dalamnya dengan ruang mandi dan toilet terpisah. Tapi, nggak usah malu, karena anak-anak Jepang saja banyak yang mengeluhkan soal washiki ini, kok........

Makanya, makin banyak washiki yang lantas diganti dengan youshiki. Lebih serunya, youshiki ini ada yang diperlengkapi dengan peralatan canggih, seperti pemanas dudukan, penyemprot air dan pengering, penimbul suara, dan lain-lain! Kocak, ya!? Dudukan toilet canggih itu namanya washlet dan harganya cukup mahal. Biasanya, orang asing yang baru pertama kali ke Jepang dan menemukan benda ini, pasti keasyikan menjajal tombolnya satu demi satu. Lumayan, mainan baru.... He he he he.....
Terus, bukannya pakai air sesudah BAA atau BAB, orang Jepang biasanya memakai tisu. Nah, tisu bekas pakainya boleh langsung dibuang ke dalam lubang toilet. Nggak akan bikin mampet salurannya, kok, karena tisu toilet di Jepang memang dirancang untuk langsung hancur begitu terendam air.

Setelah baca ini, jangan stres lagi, ya, kalau harus ke toilet begitu sampai di Jepang! ^__^

Untuk informasi mengenai program "Study in Japan", hubungi:

JELLYFISH EDUCATION INDONESIA (JEI)

Konsultan Belajar di Jepang

Gedung The Jakarta Post Lt. Dasar
Jl. Palmerah Barat 142-143 Jakarta 10270
Telp. (021) 5365-4610 / 11 (Senin-Jumat, 09.00-18.00)
Email: jellyfish.ina@gmail.com

Like Our Facebook Page: Jellyfish Indonesia
Follow Our Twitter: Jellyfish_INA
Google+ Page: Jellyfish Indonesia
Plurk: Jellyfish Indonesia
YouTube Channel: Jellyfish Edu-Ind
Pinterest Boards: Jellyfish Indonesia
Skype: Jellyfish-Indonesia
YM: Jellyfish.Indonesia



Toilet tradisional Jepang zaman dulu
Ruang toilet washiki dengan sandal karetnya
Habis itu, sandalnya nggak boleh dibawa keluar, lho!
Jadi, begini cara pakai washiki toire...
Bilik WC umum dengan washiki
Youshiki lengkap dengan washlet-nya
Tombol-tombol pada washlet
Cobain saja semuanya! ^^

Tuesday, May 07, 2013

Apato di Jepang Bag. 2: Apato Standar & Yachin















Seperti dalam cerita JEI di Bagian 1, apato standar di Jepang itu luasnya 6 jo atau sekitar 10 m2. Ada yang sudah termasuk dapur dan kamar mandi. Ada yang punya ruang ekstra berupa balkon atau loteng. Dan semuanya berukuran sama mungilnya!

Biasanya, tiap apato sudah dilengkapi dengan mesin pengatur suhu ruangan (bisa jadi pemanas atau AC) serta instalasi listrik-air-gas. Saat ini, banyak apato yang ditambah dengan instalasi internet juga.


Ada apato yang disewakan dengan berperabot lengkap alias fully-furnished; mesin cuci, tempat tidur, kulkas, microwave, TV, dan lain-lain. Yachin-nya (uang sewa) sudah jelas akan lebih mahal, sih.

Ada juga apato yang hanya menyediakan mesin cuci bersama yang dioperasikan dengan koin. Yah, kalau pun nggak ada mesin cuci, urusan mencuci baju bisa diselesaikan dengan mudah, kok: dibawa ke koin laundri umumnya yang bertebaran di sekitar daerah pemukiman.

Nah, ngomong-ngomong tentang yachin alias uang sewa...................

Yachin merupakan item paling mahal saat tinggal di Jepang. Malah bisa dibilang, lebih dari 50% pengeluaran bulanan seseorang adalah untuk yachin dan tagihan-tagihan bulanannya. Makanya, banyak siswa asing yang menyiasatinya dengan tinggal di asrama kampus, rumah kos, atau berbagi satu kamar dengan orang lain.

Mahal atau murahnya yachin tergantung dari banyak faktor, tapi yang paling menentukan adalah jarak dari stasiun kereta terdekat atau pusat keramaian lainnya, fasilitas umum lain di sekitarnya (rumah sakit, supermarket, minimarket, jalan raya, dsb), luas apato, dan usia gedung. Makin dekat pada fasilitas umum, makin luas apato-nya, dan makin muda usia gedungnya, akan makin mahal yachin-nya.


Mengetahui soal mahalnya yachin itulah, JEI menjalin kerjasama dengan beberapa gedung asrama dan rumah kos, jadi kamu punya cukup banyak pilihan. Semuanya untuk ditinggali 2-4 orang sekamar, tapi kalau kamu tipe yang nggak bisa berbagi kamar, boleh saja kok ingin tinggal sekamar sendiri.

Fasilitas pun sudah lengkap: listrik-gas-air, internet, dan tempat tidur di masing-masing kamar, serta dapur, peralatan makan dan masak, kulkas, microwave, mesin cuci, TV, ruang duduk, ruang makan, dan lain-lain di area umum untuk dipakai bersama-sama. Untuk kamar mandi, ada yang di dalam kamar masing-masing dan ada juga yang kamar mandi bersama.
Kalau ternyata belum ada yang sreg di hati atau kamu punya pilihan sendiri, JEI tetap akan bantuin, walau nggak bisa sepenuhnya ^^

Lanjut ke Bagian 3................


Bagian 1

*Oshi-ire: lemari serba guna dalam tembok yang berpintu geser untuk menyimpan futon (alas tidur ala Jepang), selimut, dan lain-lain


Untuk informasi mengenai program "Study in Japan", hubungi:

JELLYFISH EDUCATION INDONESIA (JEI)

Konsultan Belajar di Jepang

Gedung The Jakarta Post Lt. Dasar
Jl. Palmerah Barat 142-143 Jakarta 10270
Telp. (021) 5365-4610 / 11 (Senin-Jumat, 09.00-18.00)
Email: jellyfish.ina@gmail.com

Like Our Facebook Page: Jellyfish Indonesia
Follow Our Twitter: Jellyfish_INA
Google+ Page: Jellyfish Indonesia
Plurk: Jellyfish Indonesia
YouTube Channel: Jellyfish Edu-Ind
Pinterest Boards: Jellyfish Indonesia
Skype: Jellyfish-Indonesia
YM: Jellyfish.Indonesia

Floor plan apato standar
Floor plan apato standar
Apato dengan tatami
dan oshi-ire di sebelah kiri
Apato dengan tatami
dan oshi-ire di belakang (tertutup tirai)
Area pintu utama yang disebut genkan,
sekaligus tempat menyimpan sepatu
Kamar mandi super compact
dengan bathtub, toilet, dan wastafel!
Dapur mungil
Mari memasak!
Floor plan untuk apato dengan loft atau loteng

Apato dengan loft alias loteng
yang digunakan sebagai kamar tidur

Monday, May 06, 2013

"Animaku no Hibi 4" by ANIMAC & BEM-STAN



Seperti yang JEI dah sebut di twitter, kemarin JEI habis dari "Animaku no Hibi 4", lhooo!
Diselenggarakan di Parkir Timur Bintaro Plaza, hari Minggu, 5 Mei 2013, pukul 10.00 - 21.30. Rame, deh! ^^

JEI datang pas jam 10 pagi dan masih belum banyak pengunjung yang datang. Buru-buru deh, JEI ketemu sama panitia dan memasang spanduk-spanduk. Teman-teman yang datang masih menyimpan brosur JEI yang dibagi-bagikan di pintu masuk, nggak, nih???

Jadi, matsuri bertema "Sakura no Ame" alias "Hujan Bunga Sakura" ini gawean tahunan dari STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara) dan sudah masuk tahun keempat. Maa, lebih tepatnya, acara ini hasil kerja sama komunitas ANIMAC, pencinta budaya Jepang STAN, dengan Departemen Seni dan Budaya BEM-STAN. Selain untuk memperkenalkan kebudayaan tradisional dan kontemporer Jepang, festival ini juga merupakan wujud apresiasi terhadap nilai-nilai positif yang bisa ditemukan dalam kebudayaan Jepang.

Seru juga, lho. Di panggung utama ada penampilan band dan taiko, serta demo Aikido. Terus, ada turnamen Yu-Gi-Oh dan Vanguard, Lomba Menggambar Manga, Cosplay Competition, dan nonton bareng anime. Ada bazaar dengan aneka jualannya dan Obakeyashiki (rumah hantu ala Jepang). Dan sebagai penutup, ada bon odori dan hanabi.

Yah, pokoknya, JEI pulang dalam keadaan capek, tapi perut kenyang dan kantong kempes..........


Untuk informasi mengenai program "Study in Japan", hubungi:

JELLYFISH EDUCATION INDONESIA (JEI)

Konsultan Belajar di Jepang

Gedung The Jakarta Post Lt. Dasar
Jl. Palmerah Barat 142-143 Jakarta 10270
Telp. (021) 5365-4610 / 11 (Senin-Jumat, 09.00-18.00)
Email: jellyfish.ina@gmail.com

Like Our Facebook Page: Jellyfish Indonesia
Follow Our Twitter: Jellyfish_INA
Google+ Page: Jellyfish Indonesia
Plurk: Jellyfish Indonesia
YouTube Channel: Jellyfish Edu-Ind
Pinterest Boards: Jellyfish Indonesia
Skype: Jellyfish-Indonesia
YM: Jellyfish.Indonesia


Representatif resmi JELLYFISH INDONESIA
bersama panitia. Makasih, ya! ^^







Friday, May 03, 2013

Tren "My Hashi"

Mungkin Jepang adalah salah satu negara yang paling giat dan serius melaksanakan gerakan 'Go Green' atau 'Eco-life' di seluruh dunia. Pembuangan sampah menurut jenisnya, diet kantong plastik, penciptaan berbagai teknologi dengan cap ramah lingkungan, daur ulang, dan masih banyak lagi.

Nah, tren ini sebenarnya sudah lama digaungkan di Jepang, tapi nggak ada salahnya kita bahas sekarang, 'kan?

"My Hashi" secara harafiah berarti 'sumpitku'. Tapi, maksudnya di sini adalah mengurangi pemakaian warihashi (sumpit sekali pakai yang sebelumnya harus dipisahkan lebih dulu) dan mendorong orang Jepang untuk membawa sumpitnya sendiri dari rumah.

Lho, memangnya kenapa?

Menurut sebuah data, Jepang menghabiskan 25 JUTA pasang sumpit dalam setahun! Itu sama dengan 200 pasang per orang! Kebayang, dong, berapa banyak pohon dan dikorbankan untuk memenuhi kebutuhan itu!? Tambah lagi, sebagian besar waribashi yang diimpor dari China sekarang harganya sudah naik. Makanya, pemerintah Jepang terpikir untuk mencanangkan gerakan "My Hashi" ini.

Warga Jepang pun disarankan untuk membawa sumpitnya sendiri dari rumah saat pergi makan di warung, kedai minum, atau restoran. Tempat-tempat makan pun beralih menyediakan sumpit yang bisa dicuci untuk digunakan lagi, walau masih menyediakan waribashi buat tamu-tamu yang kesulitan menjepit ramen yang badung. Bahkan ada warung makan atau kedai minum yang menyediakan semacam loker khusus untuk para langganan setianya menitipkan sumpit mereka masing-masing.

Dan..........
Namanya juga Jepang, sumpit pun dijual dengan desain dan warna yang menarik, termasuk untuk penyimpanannya! Warna mencolok atau desain tradisional yang sederhana, tinggal pilih, deh!

Ja, kamu suka my hashi yang mana???


Untuk informasi mengenai program "Study in Japan", hubungi:

JELLYFISH EDUCATION INDONESIA (JEI)

Konsultan Belajar di Jepang

Gedung The Jakarta Post Lt. Dasar
Jl. Palmerah Barat 142-143 Jakarta 10270
Telp. (021) 5365-4610 / 11 (Senin-Jumat, 09.00-18.00)
Email: jellyfish.ina@gmail.com

Like Our Facebook Page: Jellyfish Indonesia
Follow Our Twitter: Jellyfish_INA
Google+ Page: Jellyfish Indonesia
Plurk: Jellyfish Indonesia
YouTube Channel: Jellyfish Edu-Ind
Pinterest Boards: Jellyfish Indonesia
Skype: Jellyfish-Indonesia
YM: Jellyfish.Indonesia

Thursday, May 02, 2013

Seperti Apa SD di Jepang?

ini dikutip dari sumber lain.
semoga bisa memberi gambaran buat kamu gimana sistem pendidikan di Jepang.

Sekolah di Jepang vs Sekolah di Indonesia

Anak saya bersekolah di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tokyo, Jepang. Pekan lalu, saya diundang untuk menghadiri acara open school di sekolah tersebut. Kalau di Indonesia, sekolah ini mungkin seperti SD Negeri yang banyak tersebar di pelosok nusantara. Biaya sekolahnya gratis dan lokasinya di sekitar perumahan.

Pada kesempatan itu, orangtua diajak melihat bagaimana anak-anak di Jepang belajar. Kami diperbolehkan masuk dalam kelas dan melihat proses belajar mengajar mereka. Saya bersemangat untuk hadir karena meyakini bahwa kemajuan suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari bagaimana bangsa tersebut mendidik anak-anaknya.


Melihat bagaimana ketangguhan masyarakat Jepang saat gempa bumi lalu, bagaimana mereka tetap memerhatikan kepentingan orang lain di saat kritis, dan bagaimana mereka memelihara keteraturan dalam berbagai aspek kehidupan, tidaklah mungkin terjadi tanpa ada kesengajaan. Fenomena itu bukan sesuatu yang terjadi 'by default', namun pastilah 'by design'. Ada satu proses pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilakukan terus menerus di masyarakat.


Dan saat saya melihat bagaimana anak-anak SD di Jepang, proses pembelajaran itu terlihat nyata. Fokus pendidikan dasar di sekolah Jepang lebih menitikberatkan pada pentingnya “Moral”. Moral menjadi fondasi yang ditanamkan 'secara sengaja' pada anak-anak di Jepang. Ada satu mata pelajaran khusus yang mengajarkan anak tentang moral. Namun nilai moral diserap pada seluruh mata pelajaran dan kehidupan.


Sejak masa lampau, tiga agama utama di Jepang, Shinto, Buddha, dan Confusianisme, serta spirit samurai dan bushido, memberi landasan bagi pembentukan moral bangsa Jepang. Filosofi yang diajarkan adalah bagaimana menaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Dan filosofi ini sangat memengaruhi serta menjadi inti sistem nilai di Jepang.


Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi atau harta.


Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan sistem nilai moral melalui empat aspek, yaitu Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self), Menghargai Orang Lain (Relation to Others), Menghargai Lingkungan dan Keindahan (Relation to Nature & the Sublime), serta menghargai kelompok dan komunitas (Relation to Group & Society). Keempatnya diajarkan dan ditanamkan pada setiap anak sehingga membentuk perilaku mereka.


Pendidikan di SD Jepang selalu menanamkan pada anak-anak bahwa hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat. Mereka perlu memerhatikan orang lain, lingkungan, dan kelompok sosial. Tak heran kalau kita melihat dalam realitanya, masyarakat di Jepang saling menghargai. Di kendaraan umum, jalan raya, maupun bermasyarakat, mereka saling memperhatikan kepentingan orang lain. Rupanya hal ini telah ditanamkan sejak mereka berada di tingkat pendidikan dasar.


Empat kali dalam seminggu, anak saya kebagian melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia harus membersihkan dan menyikat WC, menyapu dapur, dan mengepel lantai. Setiap anak di Jepang, tanpa kecuali, harus melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Akibatnya mereka bisa lebih mandiri dan menghormati orang lain.


Kebersahajaan juga diajarkan dan ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Nilai moral jauh lebih penting dari nilai materi. Mereka hampir tidak pernah menunjukkan atau bicara tentang materi.


Anak-anak di SD Jepang tidak ada yang membawa handphone ataupun barang berharga. Berbicara tentang materi adalah hal yang memalukan dan dianggap rendah di Jepang.


Keselarasan antara pendidikan di sekolah dengan nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dan masyarakat juga penting. Apabila anak di sekolah membersihkan WC, otomatis itu juga dikerjakan di rumah. Apabila anak di sekolah bersahaja, orangtua di rumah juga mencontohkan kebersahajaan. Hal ini menjadikan moral lebih mudah tertanam dan terpateri pada anak.


Dengan kata lain, orangtua tidak 'membongkar' apa yang diajarkan di sekolah oleh guru. Mereka justru mempertajam nilai-nilai itu dalam keseharian sang anak.


Saat makan siang tiba, anak-anak merapikan meja untuk digunakan makan siang bersama di kelas. Yang mengagetkan saya adalah, makan siang itu dilayani oleh mereka sendiri secara bergiliran. Beberapa anak pergi ke dapur umum sekolah untuk mengambil troli makanan dan minuman. Kemudian mereka melayani teman-temannya dengan mengambilkan makanan dan menyajikan minuman.


Hal seperti ini menanamkan nilai pada anak tentang pentingnya melayani orang lain. Saya yakin, apabila anak-anak terbiasa melayani, sekiranya nanti menjadi pejabat publik, pasti nalurinya melayani masyarakat, bukan malah minta dilayani.


Saya sendiri bukan seorang ahli pendidikan ataupun seorang pendidik. Namun sebagai orangtua yang kemarin kebetulan melihat sistem pendidikan dasar di SD Negeri Jepang, saya tercenung. Mata pelajaran yang menurut saya 'berat' dan kerap di-'paksa' harus hafal di SD kita, tidak terlihat di sini. Satu-satunya hafalan yang saya pikir cukup berat hanyalah huruf Kanji.


Sementara, selebihnya adalah penanaman nilai.


Besarnya kekuatan industri Jepang, majunya perekonomian, teknologi canggih, hanyalah ujung yang terlihat dari negeri Jepang. Di balik itu semua ada sebuah perjuangan panjang dalam membentuk budaya dan karakter. Ibarat pohon besar yang dahan dan rantingnya banyak, asalnya tetap dari satu petak akar. Dan akar itu, saya pikir adalah pendidikan dasar.


Sistem pendidikan Jepang seperti di atas tadi, berlaku seragam di seluruh sekolah. Apa yang ditanamkan, apa yang diajarkan, merata di semua sekolah hingga pelosok negeri. Mungkin di negeri kita banyak juga sekolah yang mengajarkan pembentukan karakter. Ada sekolah mahal yang bagus. Namun selama dilakukan terpisah-terpisah, bukan sebagai sistem nasional, anak akan mengalami kebingungan dalam kehidupan nyata. Apalagi kalau sekolah mahal sudah menjadi bagian dari mencari gengsi, maka satu nilai moral sudah berkurang di sana.


Di Jepang, masalah pendidikan ditangani oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, dan Ilmu Pengetahuan Jepang (MEXT) atau disebut dengan Monkasho. Pemerintah Jepang mensentralisir pendidikan dan mengatur proses didik anak-anak di Jepang. MEXT menyadari bahwa pendidikan tak dapat dipisahkan dari kebudayaan, karena dalam proses pendidikan, anak diajarkan budaya dan nilai-nilai moral.


Mudah-mudahan dikeluarkannya kata 'Budaya' dari Departemen “Pendidikan dan Kebudayaan” sehingga 'hanya' menjadi Departemen “Pendidikan Nasional” di negeri kita, bukan berarti bahwa pendidikan kita mulai melupakan 'Budaya', yang di dalamnya mencakup moral dan budi pekerti.


Hakikat pendidikan dasar adalah juga membentuk budaya, moral, dan budi pekerti, bukan sekedar menjadikan anak-anak kita pintar dan otaknya menguasai ilmu teknologi. Apabila halnya demikian, kita tak perlu heran kalau masih melihat banyak orang pintar dan otaknya cerdas, namun miskin moral dan budi pekerti. Mungkin kita terlewat untuk menginternalisasi nilai-nilai moral saat SD dulu. Mungkin waktu kita saat itu tersita untuk menghafal ilmu-ilmu 'penting' lainnya.


Demikian sekedar catatan saya dari menghadiri pertemuan orang tua di SD Jepang.


Strawberry


S U M B E R

Untuk informasi mengenai program "Study in Japan", hubungi:

JELLYFISH EDUCATION INDONESIA (JEI)

Konsultan Belajar di Jepang

Gedung The Jakarta Post Lt. Dasar
Jl. Palmerah Barat 142-143 Jakarta 10270
Telp. (021) 5365-4610 / 11 (Senin-Jumat, 09.00-18.00)
Email: jellyfish.ina@gmail.com

Like Our Facebook Page: Jellyfish Indonesia
Follow Our Twitter: Jellyfish_INA
Google+ Page: Jellyfish Indonesia
Plurk: Jellyfish Indonesia
YouTube Channel: Jellyfish Edu-Ind
Pinterest Boards: Jellyfish Indonesia
Skype: Jellyfish-Indonesia
YM: Jellyfish.Indonesia